Jumat, 12 November 2010

Feature

raya_langit

 
Featur

Dari Wikipedia
Sumber-sumber terkait
Catatan pribadi


Dalam jurnalisme media cetak, yang dimaksud dengan “Feature” adalah sebuah tulisan khas, yang ditulis secara luwes dan menarik, dan relatif tak lekang oleh waktu (saat pemuatannya tidak harus diburu-buru seperti berita biasa). Tidak ada aturan yang mengikat berapa persisnya panjang sebuah feature, sejauh feature itu masih menarik untuk dibaca.

Secara umum, Feature adalah jenis berita yang sifatnya ringan dan menghibur. Menjadi seorang penulis feature harus memiliki ketajaman dalam memandang dan menghayati suatu peristiwa. Serta mampu menonjolkan suatu hal yang meski umum namun belum terungkap seutuhnya yaitu sisi humanisme.

Secara singkat, struktur, gaya penulisan dan kemasan feature memang berbeda dengan berita biasa (spot news, straight news, hard news). Unsur subyektifitas si penulis bisa lebih terasa dalam tulisan feature. Sebaliknya, dalam penulisan berita biasa, subyektifitas si penulis sangat dihindari.

Topik sebuah feature bisa beragam, tetapi umumnya menyangkut human interest. Segala sesuatu yang menyangkut manusia, dengan segala perilakunya dan aspek kehidupannya (kegembiraan, kebahagiaan, kesedihan, penderitaan, perjuangan, keberhasilan, dan sebagainya), memang selalu menarik untuk dituliskan.

Topik-topik itu, misalnya: profil seorang guru yang mengabdi di daerah terpencil; kehidupan nelayan miskin; upaya seorang pecandu untuk lepas dari jeratan narkoba; nasib tenaga kerja Indonesia yang terlunta-lunta di luar negeri; dan sebagainya.

Membandingkan dengan feature di media cetak, maka ketika kita bicara tentang bagaimana memproduksi feature untuk media televisi, tampak ada beberapa ciri yang sama. Seperti: sifatnya yang relatif tak lekang oleh waktu, keluwesan dalam gaya pengemasan, serta variasi pilihan topiknya.

Yang jelas, memproduksi suatu paket feature untuk media TV, tidaklah sama dengan membuat paket berita (spot news), baik dari segi proses, tahapan pembuatan, maupun gaya pengemasan. Feature untuk media TV sendiri bisa berbentuk macam-macam.
Berdasarkan tipenya feature dapat dibedakan menjadi

1. Feature Human Interest

Langsung menyentuh keharuan, kegembiraan, kejengkelan, simpati. Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di rumah sakit, lika-liku kehidupan seorang guru atau dokter di daerah terpencil, atau kisah seorang menimbulkan kejengkelan (Contoh tayangannya : Program kejamnya Dunia, Investigasi, Jendela, Delik, derap Hukum, dll).

2. Feature Pribadi-Pribadi Menarik Atau Feature Biografi

Misalnya riwayat hidup seorang tokoh yang meninggal, tentang seorang yang berprestasi atau seorang yang memiliki keunikan sehingga bernilai berita tinggi (Contoh tayangannya : Program oasis, dll).

3. Feature Perjalanan

Misalnya kunjungan ke tempat bersejarah di dalam ataupun di luar negri, atau ke tempat yang jarang dikunjungi orang. Dalam feature jenis ini, biasanya unsur subjektifitas menonjol, karena biasanya penulisannya yang terlibat langsung dalam peristiwa/perjalanan itu mempergunakan “Aku”, “Saya”, atau “Kami” (sudut pandang ‘Point Of View’ orang pertama) (Contoh tayangannya : Program Menantang batas, Koper & Ransel, Jejak petualang, Achipelago, dll).

4. Feature Sejarah

Yaitu tulisan tentang peristiwa masa lalu, misalnya peristiwa proklamasi kemerdekaan, atau peristiwa keagamaan, dengan memunculkan pemahaman baru yang lebih komprehensif sehingga tetap terasa aktual untuk masa kini. (Contoh tayangannya : Program Khusus, dll).

5. Feature Petunjuk Praktis (TIPS)

Yaitu mengajar keahlian, how to do it. Misalnya tentang memasak, merangkai bunga, membangun rumah, dan sebagainya (contoh tayangan : Program Sisi Lain, Good Morning, Menu and venue, dll).

Struktur tulisan

Menulis Feature tidak ada aturan khusus. Namun demikian, dalam menulis feature, usahakan apa yang ditulis itu tidak monoton. Data yang diungkapkan kuat, detail, fakta, harus ada dan benar. Sebenarnya menulis feature lebih tergantung pada kekuatan menulis atau ketrampilan menulis.
Jenis-jenis feature

Adapun jenis-jenis feature di antaranya :

1. Feature Berita

Yang lebih banyak mengandung unsur berita berhubungan dengan peristiwa aktual yang menarik perhatian khalayak. Biasanya merupakan pengembangan dari sebuah straight news. (Contoh tayangan : Program Investigasi, Delik, Sigi 30 menit, Metro Realitas, dll).

2. Feature Artikel

Yang lebih cenderung ke sastra. Biasanya dikembangkan dari sebuah berita yang tidak aktual lagi atau berkurangnya aktualitasnya. Misalnya, tulisan mengenai suatu keadaan atau kejadian, seseorang, suatu hal, suatu pemikiran, tentang ilmu pengetahuan, dan lain-lain yang dikemukakan sebagai laporan (informasi) yang dikemas secara ringan dan menghibur. (contoh tayangan : Program Jakarta Underground (atmosphere) Jejak Malam, Fenomena dll).

3. Feature Dokumenter

Salah satu yang penting dan akan dibahas didalam feature adalah bagaimana membuat film dokumenter (documentary films).


Selasa, 09 November 2010

Menerbitkan Buku Indie

Menerbitkan Buku Indie

raya_langit

poetry's

Pesan dari kami…

Wahai jiwa-jiwa yang serakah
Yang terbakar nafsu angkara…..
Yang tertawa di nganga luka

Buka mata dan hatimu
Yang tertutup topeng kepalsuan
Yang tercoreng hitam kemunafikan

Dengarlah jerit tangis mereka
Yang usang dimakan derita
Yang kau bawa dan ciptakan

Kutanya saudaraku, tolong kau jawab….
Kusapa sahabatku, tolong jangan membisu….
Kuketuk pintu hatimu, tolong dengar aku …
Kusapa sekali lagi, tolong jang membatu…

Cukuplah sampai disini
Jangan kau kotori negri  ini
Dengan semua perangaimu

Hentikanlah semua…
Tiada guna kau congkak berdiri
Bila saudaramu yang terluka

Berkacalah pada jejak yang ada
Mari kita renungkan perjalanan ini
Yang kami butuhkan damai dan cinta
Bukan sekedar janji atau ambisi…


~rayalangitrabbani~
Selasa, November 2010, 00’05

Seribu duka di luka menganga

Kulihat di sana, ada luka dalam duka
Luka menganga berlumur darah
Kudengar mereka, melepas lara
Merintih pilu menahan derita

Kulihat di sana wajah-wajah nelangsa
Menahan amarah tanpa getah
Mencoba tegar sandarkan beban
Berserah diri pada yang Kuasa

Kutatap engkau di layar kaca
Bersandiwara melepas tawa
Kudengar engkau dalam suara
Berceloteh hambar tanpa makna

Kubaca engkau di media massa
Mengumbar kata janji belaka
Kubaca engkau di Koran kota
Mulut bicara apa, kata tanpa makna

      1000 duka di luka menganga
      Tak ada arti bagi mereka
      1000 luka didalam dada
      1000 tanya tanya dan tanya

      Ada apa gerangan di sana
      Hingga kau buta mata hati
Ada apa gerangan di sana
Hinga kau tak punya naluri

~rayalangitrabani~
 Selasa, November 2010, 00’30

Puisi Tuhan

Ketika manusia lupa akan kodratnya
Ketika kita lupa akan takdirnya
Kesombongan menjadi pakaian kebesaran
Keserakahan menjadi senjata siksaan

Ketika manusia lupa akan semua
Tuhan melihat dengan kuasanya
Alam bicara menjadi bencana
Tiada kata petaka melanda

Ketika manusia tunduk dan tafakur
Atas nikmat dan karuniaNya
Kerendahan hati menjadi jubah  kewibawaan
Kesederhanaan menjadi pedoman hidupnya

      Ketika manusia ingat semua
      Bahwa tuhan yang punya kehendak
      Bersyukur adalah bahasanya
Mengabdi adalah tujuannya

Lepaskas angkuh dan serakah
Rendah hati dengan sesama
DihadapanNya semua sama

Ketika manusia ingkar akan janjinya
Puisi Tuhan menjadi jawabnya….

 ~rayalangitrabani~
Selasa, November 2010, 00’45

Minggu, 07 November 2010

Global Warming


Pemanasan Global


Data-data yang ada menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Anomali cuaca ini terjadi karena efek Global Warming (Pemanasan Global). Apakah pemanasan global itu? Secara singkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Pertanyaannya adalah: mengapa suhu permukaan bumi bisa meningkat?


Penyebab Pemanasan Global

Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.

Gas Rumah Kaca

Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari.  Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32o Celcius.
Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbedabeda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.




Dampak dari Pemanasan Global

Fakta #1: Mencairnya es di kutub utara & selatan

Pemanasan Global berdampak langsung pada terus mencairnya es di daerah kutub utara dan kutub selatan. Es di Greenland yang telah mencair hampir mencapai 19 juta ton! Dan volume es di Artik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4 tahun sebelumnya! Mencairnya es saat ini berjalan jauh lebih cepat dari model-model prediksi yang pernah diciptakan oleh para ilmuwan. Beberapa prediksi awal yang pernah dibuat sebelumnya memperkirakan bahwa seluruh es di kutub akan lenyap pada tahun 2040 sampai 2100. Tetapi data es tahunan yang tercatat hingga tahun 2007 membuat mereka berpikir ulang mengenai model prediksi yang telah dibuat sebelumnya.
Para ilmuwan mengakui bahwa ada faktor-faktor kunci yang tidak mereka ikutkan dalam model prediksi yang ada. Dengan menggunakan data es terbaru, serta model prediksi yang lebih akurat, Dr. H. J. Zwally, seorang ahli iklim NASA membuat prediksi baru yang sangat mencengangkan: 

HAMPIR SEMUA ES  DI KUTUB UTARA AKAN LENYAP ANTARA TAHUN 2008 - 2012!
 
Baru-baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh.
Menurut peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan, barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, diyakini bongkahan es itu berada di sana sejak 1.500 tahun lalu. “Ini akibat pemanasan global,” ujar ketua peneliti NSIDC Ted Scambos. Menurutnya, lempengan es yang disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh. Sekarang, setelah adanya perpecahan itu, bongkahan es yang tersisa tinggal 12.950 kilometer persegi, ditambah 5,6 kilometer potongan es yang berdekatan dan menghubungkan dua pulau. “Sedikit lagi, bongkahan es terakhir ini bisa turut amblas. Dan, separo total area es bakal hilang dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Scambos.
“Beberapa kejadian akhir-akhir ini merupakan titik yang memicu dalam perubahan sistem,” ujar Sarah Das, peneliti dari Institut Kelautan Wood Hole. Perubahan di Antartika sangat kompleks dan lebih terisolasi dari seluruh bagian dunia.
Antartika di Kutub Selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini jauh lebih dingin daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang meleleh, bahkan ada lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah. Temperatur rata-ratanya minus 49 derajat Celsius, tapi pernah mencapai hampir minus 90 derajat celsius pada Juli 1983. Tak heran jika fenomena mencairnya es di benua yang mengandung hampir 90 persen es di seluruh dunia itu mendapat perhatian serius peneliti.

Fakta #2: Meningkatnya level permukaan laut.

Mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut (grafik di samping menunjukkan hasil pengukuran level permukaan air laut selama beberapa tahun terakhir). Para ahli memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair. Level permukaan laut akan naik sampai dengan 7 meter! Cukup untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di seluruh dunia.
Peningkatan Level Permukaan Laut yang diukur oleh
satelit TOPEX/Poseidon dan Jason-1 (Sumber: NASA)

Fakta #3: Perubahan Iklim/cuaca yang semakin ekstrim

NASA menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat. Tanpa diperkuat oleh pernyataan NASA di atas pun Anda sudah dapat melihat efeknya pada lingkungan di sekitar kita. Anda tentu menyadari betapa panasnya suhu di sekitar Anda belakangan ini. Anda juga dapat melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan musim hujan ataupun kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan. Anda juga dapat mencermati kasus-kasus badai ekstrim yang belum pernah melanda wilayah-wilayah terntentu di Indonesia. Tahun-tahun belakangan ini kita makin sering dilanda badai-badai yang mengganggu jalannya pelayaran dan pengangkutan baik via laut maupun udara.
Bila fenomena dalam negeri masih belum cukup bagi Anda, Anda dapat juga mencermati berita-berita internasional mengenai bencana alam. Badai topan di Jepang dan Amerika Serikat terus memecahkan rekor kecepatan angin, skala, dan kekuatan badai dari tahun ke tahun, curah hujan dan badai salju di China juga terus memecahkan rekor baru dari tahun ke tahun. Anda dapat mencermati informasi-informasi ini melalui media massa maupun internet. Tidak ada satu benua pun di dunia ini yang luput dari perubahan iklim yang ekstrim ini.

Fakta #4: Gelombang Panas menjadi Semakin Ganas
 
Pemanasan Global mengakibatkan gelombang panas menjadi semakin sering terjadi dan semakin kuat. Tahun 2007 adalah tahun pemecahan rekor baru untuk suhu yang dicapai oleh gelombang panas yang biasa melanda Amerika Serikat. Daerah St. George, Utah memegang rekor tertinggi dengan suhu tertinggi mencapai 48o Celcius! (Sebagai perbandingan, Anda dapat membayangkan suhu kota Surabaya yang terkenal panas ‘hanya’ berkisar di antara 30o-37o Celcius). Suhu di St. George disusul oleh Las Vegas dan Nevada yang mencapai 47o Celcius, serta beberapa kota lain di Amerika Serikat yang rata-rata suhunya di atas 40o Celcius. Daerah Death Valley di California malah sempat mencatat suhu 53o Celcius! Serangan gelombang panas kali ini bahkan memaksa pemerintah di beberapa negara bagian untuk mendeklarasikan status darurat siaga I. Serangan tahun itu memakan beberapa korban meninggal (karena kepanasan), mematikan ratusan ikan air tawar, merusak hasil pertanian, memicu kebakaran hutan yang hebat, serta membunuh hewan-hewan ternak.
Pada tahun 2003, daerah Eropa Selatan juga pernah mendapat serangan gelombang panas hebat yang mengakibatkan tidak kurang dari 35.000 orang meninggal dunia dengan korban terbanyak dari Perancis (14.802 jiwa). Perancis merupakan negara dengan korban jiwa terbanyak karena tidak siapnya penduduk dan pemerintah setempat atas fenomena gelombang panas sebesar itu. Korban jiwa lainnya tersebar mulai dari Inggris, Italia, Portugal, Spanyol, dan negara- negara Eropa lainnya. Gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen merata di daerah Eropa.
Mungkin kita tidak mengalami gelombang-gelombang panas maha dahsyat seperti yang dialami oleh Eropa dan Amerika Serikat, tetapi melalui pengamatan dan dari apa yang Anda rasakan sehari-harinya. Anda dapat juga merasakan betapa panasnya suhu di sekitar Anda. Cobalah perhatikan seberapa sering Anda mendengar ataupun mungkin mengucapkan sendiri kata-kata seperti: “Panas banget ya hari ini!” Apabila Anda kebetulan bekerja di dalam ruangan ber-AC dari pagi hingga siang hari sehingga Anda tidak sempat merasakan panasnya suhu belakangan ini, Anda dapat menanyakannya kepada teman-teman ataupun orang disekitar Anda yang kebetulan bekerja di luar ruang. Orang-orang yang sehari-harinya bekerja dengan menggunakan kendaraan terbuka di siang hari bolong (misalnya sales dengan sepeda motor) mungkin dapat menceritakan dengan lebih jelas betapa panasnya sinar matahari yang menyengat punggung mereka.

Fakta #5: Habisnya Gletser- Sumber Air Bersih Dunia
 
Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia. Dan sayangnya itulah yang terjadi saat ini. Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga titik yang mengkhawatirkan!
NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000 meter kubik! Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser, cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global, hingga meningkatnya level air laut merupakan bukti-bukti bahwa planet bumi sedang terus memanas. Dan dipastikan bahwa umat manusialah yang bertanggung jawab untuk hal ini.

Micro-optocopter Build..

Mikrokopter Octocopter build

A good friend of mine, Corey, who lives on the other side of the “pond” (the US) asked me if I wanted to help building a Mikrokopter Octocopter kit he recently purchased. I accepted right away. It’s not every day you get to build a 2000 dollar multi-rotor platform and compare it to your own 100 dollar platform.

This is the box everything arrived in. First I thought there had been a mistake. An Octocopter can’t possible fit inside this tiny little box?


Here it is compared to my folded tricopter (which btw is under reconstruction in this pic).



To my surprise the complete kit with motors, props, arms and everything was in there.



The “Flight controller” comes pretty much pre built. Only a few components needs to be soldered.



Done. The summer will be placed on one of the arms.



The eight ESC’s are soldered to a kind of distribution PCB. Pretty clever, and very clean.



All eight ESC’s soldered in place. Every ESC needs to be assigned the correct number by soldering a jumper on the board.



Time to build the frame.




Plastic mounts for the ESC’s.



Top and bottom mounted together.



The four main arms in place as well as the four rubber dampeners that’s used to mount the flight controller.



Time to mount the motors to the arms.



The motors come with very long cables which can be hidden inside of the aluminum arms.



The summer mounted.


Motor cables at the frame end of the arms.


One arm done. Pretty nifty to use four main arms that branch of into two. I wonder how well it holds in a crash though.



Arms attached to the frame.



Started soldering the motor cables to the 8XESC board.



Done.



The Mikrokopter Flight controller needs the “raw” PPM stream from the receiver, so I modified a Futaba R606FS.



A pretty simple modification. The signal pin on the “Battery” port was free so all I needed to do was to find the unprocessed PPM stream and solder a cable.



I placed the receiver underneath the flight controller.


Test fitting.



The remaining cables such as the buzzer, PPM cable, power and IC2 bus cables soldered onto the flight controller.



Electronics in place.



The USB programing interface also needs a bit of work.

 


Done.


These adaptors are for mounting the pops to the motors.



Pretty nifty, but you can only use props with a hex fitting on the bottom.



The landing gear screwed in place.



The landing gear is plenty tall.

 


Tada! Now it’s time to figure out the software bit.


Kearifan Lokal/Local Wisdom

Kearifan Lokal/Local Wisdom
Berbudi Luhur Dalam Menghargai Alam



Hidup adalah suatu proses. Proses itu sendiri adalah perubahan yang membutuhkan momentum yaitu waktu, tempat dan energi/tenaga serta sarana/alat. Namun ada hal yang paling penting dari sebuah perubahan, yaitu hal atau sebab yang mendasari terjadinya sebuah perubahan itu sendiri. Artinya adalah ada sebab yang mengakibatkan terjadinya sebuah proses perubahan. Begitu juga manusia sebagai makhluk sosial bermasyarakat -yang tercipta dengan akal dan pikiran sehingga mampu berinovasi melalui daya-cipta-rasa dan karsa- dipastikan akan selalu mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh faktor lingkungan, baik alam atau masyarakat itu sendiri. Dibutuhkan sebuah metode atau cara untuk meng-counter perubahan-perubahan tersebut. Salah satunya melalui adat, tradisi dan budaya yang didalamnya terkandung esensi Kearifan Lokal.

Global warmming telah melanda alam ini, merusak dan menghancurkan unsur-unsur yang ada, sehingga mengganggu keseimbangan hidup manusia dan lingkungannya. Ada peran yang besar pada diri manusia atas terjadinya global warming ini. Ilmu dan tekhnologi turut menjadi andil yang besar di dalamnya. Kerusakan-kerusakan alam yang tidak terkendali membawa akibat terjadinya bencana. Sudah saatnya kita mulai introspeksi diri untuk mencegah dan memperbaiki apa yang telah kita perbuat terhadap kerusakan-kerusakan alam dan lingkungan. Sudah menjadi keharusan bagi kita sebagai manusia yang berakal dan berbudiluhur untuk memberi sumbangsih bagi terjaganya keseimbangan dan kelestarian alam.




Prolog

“ Menghargai Alam adalah Menghargai Hidup “
“ Belajar dan Berdialoglah dengan Alam, temukan makna hidup yang terkandung di dalamnya“

Sejarah dan latar belakang Kearifan Lokal sebagai cermin budaya sosial masa lalu.


Sebagai manusia, selain menjadi makhluk indifidu, juga sekaligus sebagai makhluk sosial yang bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial sangat bergantung dengan lingkungannya, baik alam ataupun masyarakat. Ketergantungan manusia dengan lingkungannya ini harus diimbangi dengan hubungan yang saling menguntungkan atau simbiosis mutualisme yang harus dijaga dan dihormati.
Begitu banyak cara untuk menciptakan sebuah proses simbiosis mutualisme agar terus bisa berjalan dengan baik. Sebagai manusia kita telah di bekali akal dan pikiran, sehingga mempunyai daya-cipta-rasa dan karsa, dan mampu menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi alam dan lingkungannya. Salah satu hasil dari daya-cipta-rasa dan karsa manusia adalah kebudayaan yang didalamnya terkandung nilai-nilai Kearifan Lokal yang erat hubungannya dengan kehidupan sosial manusia dalam bermasyarakat.
Sejarah telah bercerita bahwa nenek moyang pendiri Nusantara mampu membuktikannya. Mereka tidak pernah berdiam diri dalam menghadapi perubahan dan dituntut mampu berkreatifitas dan berinovasi dengan penemuan-penemuan baru. Salah satunya melalui adat, tradisi dan budaya yang didalamnya terkandung esensi Kearifan Lokal.
Nusantara sangat kaya akan adat, tradisi dan budaya yang berkembang dari masa ke masa. Dari keberagaman tersebut ada banyak peluang untuk mengembangkan wacana kearifan lokal. Maka eksistensi kearifan lokal Nusantara menjadi lahan yang cukup subur untuk digali dan dianalisis sehingga dapat memberi inspirasi dan cerminan budaya sosial yang mampu mensejahterakan. Keberagaman itu  juga merupakan manifestasi gagasan dan nilai-nilai luhur bangsa.
Kearifan Lokal Nusantara adalah energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif untuk hidup di atas nilai-nilai yang membawa kelangsungan hidup yang berkeadaban. Hidup rukun, damai, bermoral, saling asih, asah, dan asuh. Hidup dalam keberagaman. Hidup penuh maaf dan pengertian. Hidup toleran dan jembar hati. Hidup dalam harmoni lingkungan. Hidup dengan orientasi nilai-nilai yang membawa pada pencerahan. Hidup untuk menyelesaikan persoalan-persoalan berdasarkan mozaik nalar kolektif sendiri dan masyarakat. Kearifan seperti itu tumbuh dari dalam lubuk hati yang disertai nilai-nilai budi pekerti yang luhur.
Kehidupan ini tidak lepas dari unsur alam, karena kita sebagai manusia adalah bagian yang tak terpisahkan dari alam. Alam merupakan unsur terbesar ciptaan Tuhan yang memberi begitu banyak manfaat bagi kehidupan kita. Karenanya sudah selayaknya kita berkewajiban untuk menjaga, merawat dan melestarikannya, bukan sekedar memanfaatkannya. Dengan menjaga, merawat dan melestarikannya, berarti kita secara tidak langsung telah mensyukuri karunia dan amanah Tuhan.
Untuk menjaga, merawat dan melestarikan alam, kita membutuhkan pemahaman dan perenungan yang mendalam mengenai konteks alam sebagai ciptaan Tuhan. Untuk memahami alampun, kita membutuhkan pemahaman yang menyeluruh baik manfaat, fungsi dan pelestariannya sebagai salah satu harta titipan anak cucu kita. Tidak mudah memahami alam, perlu perenungan yang  mendalam melalui pola pikir yang tepat dan didasari dengan kesungguhan hati yang berbudiluhur.
Sudah terlalu sering kita melihat dan mendengar kerusakan-kerusakan alam yang diakibatkan kesalahan kita dalam memahami menjaga alam sehingga berakibat hancurnya struktur dan keseimbangan kehidupan yang akhirnya berbalik menjadi bumerang bagi kita. Tangan dan ambisi sesaat meluluhlantakkan  kelestarian alam yang dianugerahkan Tuhan pada kita. Sengaja atau tidak, tahu atau pura-pura tidak tahu, kita telah mengingkari amanah Tuhan, bahkan  -kalau boleh berkata jujur-,  kita telah merusak sunatullah. Seluruh alam ini telah di perintahkan tunduk dan patuh padaNya tanpa terkecuali, tapi sebagai manusia yang dianugerahi keistimewaan dengan akal dan pikiran, ternyata tidak mampu menggunakannya secara bijak.
Jangan salahkan alam atau Tuhan. Ketika alam yang telah dirusak, disia-siakan dan di hancurkan keseimbangannya itu menggunakan sunatullahNya, maka semua kembali pada sunahNya, memperbaiki diri secara alami, menyembuhkan kerusakannya sendiri. Melalui unsur-unsur yang masih tersisa, alam akan bicara, dan menggunakan kekuatannya untuk merangkai energi yang dahsyat untuk mengembalikan keseimbangannya. Maka, apa yang sering di sebut sebagai “ b e n c a n a “ akan di perlihatkan. Tuhan akan bicara melalui tangan alam.
Telah ditunjukan kesalahan-kesalahan kita secara kasat ataupun nyata. Masihkah kita akan menutup mata, telinga dan hati ?.
            Sesungguhnya kita mampu mencegah semua kerusakan-kerusakan alam dan akibat-akibat yang menyertainya. Pelestarian dan pemanfaatan alam yang baik dan tepat guna mampu menjaga keseimbangannya. Ambil apa yang hanya kita butuhkan dan perlukan tanpa berlebihan, lalu berikan apa yang menjadi haknya, adalah pelestarian. Hargai alam seperti kita menghargai diri kita, niscaya keseimbangan itu akan terjaga. Ketika kita mampu menghargai dan menghormati alam, maka alam akan memberikan apa yang kita inginkan karena hukum timbal-balik akan berlaku. Simbiosis mutualisme akan bekerja, hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan akan terwujud.
Begitu banyak cara untuk menciptakan sebuah proses simbiosis mutualisme ini terus berjalan. Sebagai manusia kita telah di bekali akal dan pikiran, sehingga mempunyai daya-cipta-rasa dan karsa, dengan berlandaskan budi pekerti yang luhur maka manusia mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi alam. Salah satu hasil dari daya-cipta-rasa dan karsa adalah kebudayaan yang didalamnya terkandung nilai-nilai Kearifan Lokal yang erat hubungannya dengan pelestarian alam. Kearifan Lokal adalah bagaimana manusia yang bermasyarakat mampu menciptakan adat dan budaya melalui daya-cipta-rasa dan karsa secara turun-temurun untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungannya dengan berpedoman pada nilai-nilai yang berbudiluhur sehingga mempunyai manfaat yang besar bagi  kesejahteraan hidup.
Hal ini dapat dibuktikan dengan terjaganya kelestarian alam dan lingkungan kampung-kampung masyarakat adat yang ada di sebagian daerah dan wilayah nusantara, seperti ; Yogyakarta dengan budaya jawa ; Masyarakat Bali dengan budaya Subaknya; Kampung adat Badui di Banten Selatan; Suku Anak Dalam atau Suku Kubu di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi; Kampung adat Cipta Gelar Abah Anom, Sukabumi. Mereka telah menjalankan budaya Kearifan Lokal puluhan tahun yang lalau, bahkan mungkin berabad-abad yang lalu. Nenek moyang mereka adalah manusia-manusia berbudiluhur yang taat pada adat, tradisi dan budaya secara turun-temurun. Mereka adalah manusia-manusia yang arif dan bijaksana, menghargai serta menghormati alam dan lingkungan. Itulah Kearifan Lokal yang mereka agungkan dan diwariskan secara turun-temurun. Tanpa didasari tekhnologi dan perkembangan ilmu pengetahuan, namun mampu menjadi pemecah kebuntuan permasalahan kerusakan alam yang sedikit banyak diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu sendiri.


Teori-teori yang mendukung Kearifan Lokal sebagai cermin budaya masa lalu

Kearifan Lokal adalah bagaimana manusia yang bersosial-masyarakat mampu menciptakan adat, tradisi dan budaya melalui daya-cipta-rasa dan karsa yang diwariskan secara turun-temurun untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungannya dengan berpedoman pada nilai-nilai yang berbudiluhur sehingga mempunyai manfaat yang besar bagi  kesejahteraan.
Masyarakat yang mampu mengaplikasi kearifan lokal secara bijaksana adalah manusia yang berbudiluhur, yaitu manusia yang mampu mengontrol moral dalam pikiran dan tingkah-lakunya dengan baik, sehingga mampu menempatkan dirinya di dalam kehidupan sosial bermasyarakat, dengan berlandaskan pada norma-norma yang berlaku di lingkungannya
Dengan demikian, peran Kearifan Lokal Masyarakat yang Berbudiluhur dalam sosial bermasyarakat sangat penting, dimana kehidupan sosial masyarakat itu sendiri mampu menciptakan adat dan budaya melalui daya-cipta-rasa dan karsa yang diwariskan secara turun-temurun untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungannya dengan berpedoman pada nilai-nilai moral dalam pikiran dan tingkahlakunya dengan baik dan dapat menempatkan dirinya di dalam lingkungannya dengan belandaskan pada norma-norma yang berlaku sehingga mempunyai manfaat bagi kesejahteraan alam dan lingkungannya.
I Ketut Gobyah dalam “Berpijak pada Kearifan Lokal”, Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
S. Swarsi Geriya dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” mengatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga.
Dalam pengertian bahasa, kearifan lokal bisa diartikan kearifan/kebijakan setempat, yaitu kearifan setempat yang bersifat baik, bijaksana, arif dan mempunyai nilai budi pekerti luhur.
Terminologi Kearifan Lokal itu sendiri timbul belum lama, namun sejarah yang mendasari berlakunya Kearifan Lokal telah ada di masa lampau. Adalah nenek moyang kita dulu, yang memandang kehidupan melalui kacamata batin yang lebih religius yaitu sebuah tradisi turun-temurun yang mengajarkan kepatuhan hidup kepada Tuhan yang dimanifestasikan dalam alam. Sehingga dalam aplikasinya, mereka akan menjaga dan menghormati alam dengan keyakinan yang di wujudkan dalam bentuk adat, tradisi dan budaya. Di dalam adat, tradisi, dan budaya manusia hidup bersosial-masyarakat secara dinamis tapi tetap dalam koridor dogma dengan patuh. Didalam adat, tradisi dan budaya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang dalam bersosial-masyarakat.
Bentuk nyata dari daya-cipta-rasa dan karsa masyarakat yang berupa kumpulan gagasan atau ide-ide, nilai-nilai, norma atau peraturan adat, tradisi dan budaya, adalah bentuk abstrak/nonmaterial.
Sedangkan bentuk nyata dari daya-cipta-rasa dan karsa masyarakat yang berupa artefak atau benda sebagai sarana pendukung aktifitas sosial adalah bentuk nyata/wujud/materiil.
Ketika terjadi proses fusi antara kedua hal diatas maka tejadi aktifitas interaksi yang membentuk sistem sosial-masyarakat. Disinilah posisi kearifan lokal ada dan mampu bertahan dari benturan kemajuan jaman. Kearifan Lokal mampu menjawab permasalahan modernisasi dan globalisasi. Daerah atau kampung-kampung adat yang masih mengaplikasi kearifan lokal ternyata mampu mencapai kesejateraan dalam hidup bersosial-masyarakat, mampu bertahan, mengendalikan dan memberi arah bagi kesejahteraan masyarakatnya.


Data dan referensi yang mendukung Kearifan Lokal sebagai cermin budaya masa lalu.

Bumi Nusantara kaya akan khasanah budaya kearifan lokal yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Situs dan Artefak dari masa kejayaan kerajaan-kerajaan Nusantara mengisyaratkan bahwa norma, adat, tradisi dan budaya sangat dijunjung dan dihormati. Sudah seharusnya kita bangga, menjaga dan melestarikannya.
Kearifan Lokal sebagai cermin budaya masa lalu dapat dibuktikan dengan terjaganya kelestarian alam dan lingkungan kampung-kampung masyarakat adat yang ada di sebagian daerah dan wilayah nusantara, seperti ;
1.      Masyarakat Bali dengan budaya Subaknya dan Budaya Ajeg Bali
2.      Kampung adat Suku Baduy di Banten Selatan
3.      Suku Anak Dalam atau Suku Kubu di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi
4.      Kampung adat Cipta Gelar Abah Anom, Sukabumi.
5.      Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gunung Erstberg dan Grasberg dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap sebagai bagian dari hidup manusia. Dengan demikian maka pemanfaatan sumber daya alam secara hati-hati.
6.      Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali. Kelestarian lingkungan terwujud dari kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalam berladang dan tradisi tanam tanjak.
7.      Dayak Kenyah, Kalimantan Timur, terdapat tradisi tana‘ ulen. Kawasan hutan dikuasai dan menjadi milik masyarakat adat. Pengelolaan tanah diatur dan dilindungi oleh aturan adat.
8.      Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat. Masyarakat ini mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan masa bera, dan mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.
9.      Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh Jawa Barat. Mereka mengenal upacara tradisional, mitos, tabu, sehingga pemanfaatan hutan hati-hati. Tidak diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh adat.
10.  Bali dan Lombok, masyarakat mempunyai awig-awig.

Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan yang sakral sampai yang profan. Mereka telah menjalankan adat, tradisi dan kultur budaya Kearifan Lokal dalam kehidupan sosial bermasyarakat sejak puluhan tahun yang lalu, bahkan mungkin berabad-abad yang lampau. Nenek moyang mereka adalah manusia-manusia berbudiluhur yang taat pada adat, tradisi dan kultur budaya secara turun-temurun. Mereka adalah manusia-manusia yang arif dan bijaksana, menghargai dan menghormati alam dan lingkungan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dalam bermasyarakat. Itulah Kearifan Lokal yang mereka jaga, hormati, agungkan dan di junjung tinggi karena kesadaran mereka bahwa apa yang telah diwariskan secara turun-temurun merupakan amanah.


Peranan Kearifan Lokal/Local Wisdom dalam kehidupan sosial masyarakat

Ketika sebuah masyarakat mampu menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya dalam menjunjung tinggi dan menjalankan kultur budaya, adat dan tradisi Kearifan Lokal, maka kesejahteraan akan mudah terwujud. Disinilah kita bisa melihat bahwa Kearifan Lokal yang di aplikasikan secara baik dalam kehidupan sosial bermasyarakat, ternyata mampu menjawab kebuntuan perkembangan jaman yang seolah-olah stag atau berjalan tapi tanpa terarah.
Adalah bagaimana manusia yang bermasyarakat mampu menciptakan adat dan budaya melalui daya-cipta-rasa dan karsa yang diwriskan secara turun-temurun untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungannya dengan berpedoman pada nilai-nilai yang berbudiluhur sehingga mempunyai manfaat yang besar bagi  kesejahteraan.
Menurut Prof. Nyoman Sirtha dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh karena bentuknya yang bermacam-macam dan ia hidup dalam aneka budaya masyarakat maka fungsinya menjadi bermacam-macam. Fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu:
1.      Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2.      Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia.
3.      Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara adat, kepercayaan dan pemujaan.
4.      Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
5.      Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.
6.      Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
7.      Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara pemujaan dan pensucian roh leluhur.

Dari penjelasan fungsi-fungsi tersebut tampak betapa luas ranah kearaifan lokal, mulai dari yang sifatnya sangat teologis sampai yang sangat pragmatis dan teknis.
Kearifan lokal masyarakat yang berbudiluhur mampu menjadi penentu terciptannya tatanan kehidupan yang sejahtera karena terjaganya sebuah kondisi alam dan lingkungan yang seimbang. Banyak contoh kasus kehidupan kearifan lokal masyarakat berbudiluhur yang mampu mendukung teori diatas. Ketika sebuah kelompok masyarakat menerapkan teori diatas maka kesejahteraan dan keseimbangan hidup akan lebih terjaga.


Bila...

Kearifan Lokal adalah bagaimana manusia yang bermasyarakat mampu menciptakan adat dan budaya melalui daya-cipta-rasa dan karsa yang diwariskan secara turun-temurun untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungannya dengan berpedoman pada nilai-nilai yang berbudiluhur sehingga mempunyai manfaat yang besar bagi  kesejahteraan.
Manusia berbudiluhur adalah manusia yang mampu mengontrol moral dalam pikiran dan tingkah-laku dengan baik, sehingga mampu menempatkan dirinya di dalam masyarakat, dengan berlandaskan pada norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
Dengan demikian, Kearifan Lokal Masyarakat yang Berbudiluhur adalah masyarakat yang mampu menciptakan adat dan budaya melalui daya-cipta-rasa dan karsa yang diwariskan secara turun-temurun untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungannya dengan berpedoman pada nilai-nilai moral dalam pikiran dan tingkahlakunya dengan baik dan dapat menempatkan dirinya di dalam lingkungannya dengan belandaskan pada norma-norma yang berlaku sehingga mempunyai manfaat bagi kesejahteraan alam dan lingkungannya.
 Kearifan lokal masyarakat yang berbudiluhur mampu menjadi penentu terciptannya tatanan kehidupan yang sejahtera karena terjaganya sebuah kondisi alam dan lingkungan yang seimbang.
Banyak contoh kasus kehidupan kearifan lokal masyarakat berbudiluhur yang mampu mendukung teori diatas. Ketika sebuah kelompok masyarakat menerapkan teori diatas, maka kesejahteraanlah yang mereka dapatkan.
Sebut saja masyarakat adat Yogyakarta dengan budaya jawa; Bali dengan budaya Subaknya; Kampung adat Badui di Banten Selatan; Suku Anak Dalam atau Suku Kubu di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi; Kampung adat Cipta Gelar Abah Anom, Sukabumi. Kearifan Lokal yang berbudiluhur telah menjaga kesejahteraan hidup mereka dengan baik. Dari sana kita dapat mengambil banyak pelajaran yang mempunyai nilai-nilai berbudiluhur tinggi, yang apabila diterapkan dengan baik di tempat lain akan memberi pengaruh yang sangat bermanfaat. Kita hidup dengan budaya timur yang masih menjunjung tinggi adat dan budaya yang mempunyai kepedulian sangat besar terhadap kelestarian alam. Kendala tetap akan selalu ada mengingat kita hanya manusia biasa dengan berbagai kelemahan dan kekurangan, namun dengan usaha dan kemauan, kesempatan pasti ada. Hidup adalah tanggung jawab diri kita masing-masing. Ketika kita salah menentukan sebuah pilihan hidup, maka kegagalan yang akan kita temui. Usaha dan doa adalah jalan, selebihnya Tuhan punya kuasa.
Dari uraian diatas, kita bisa menelaah bahwa berbudi luhur dalam menghargai alam sangat besar pengaruhnya bagi keseimbangan hidup manusia dan lingkungannya. Apabila Kearifan lokal ini ditransformasi kan dalam kehidupan modern, maka keadilan dan kesejahteraan akan terwujud melalui timbal balik antara masyarakat dan lingkungannya. Simbiosis mutualisme akan bekerja dan terjaga., karena dalam Kearifan Lokal terkandung nilai-nilai, diantaranya; saling menghormati dan menghargai, keadilan dan kesejahteraan, kejujuran, kepercayaan dan kebijaksanaan, rasa syukur dan kerja keras dalam kebersamaan, serta nilai-nilai budi luhur yang lain. Sudah saatnya masyarakat moderen kembali mengangkat budaya Kearifan lokal yang mulai ditinggalkan, terkikis dan hilang oleh kemajuan jaman.



 Smoga...

Dunia atau alam semesta merupakan tempat dimana manusia hidup dan bermasyarakat. Sudah selayaknya kita mempunyai tanggungjawab untuk menjaga dan melestarikan. Sudah waktunya kita mengembalikan keseimbangan antara alam manusia dan lingkungan.
Akhir-akhir ini global warming telah melanda seluruh struktur alam, jika kita terus mengabaikan, maka kehancuran mengancam alam semesta ini. Kita harus punya kemauan bersama untuk menyelamatkan dengan berbagai upaya. Mereka, masyarakat adat yang telah berabad-abat menjalankan Kearifan Lokal yang Berbudi Luhur, mampu menjawab permasalahan Global Warming. Alangkah baiknya bila kita mau dan mampu mengaplikasikan budaya Kearifan Lokal dalam kehidupan modern.
Sekarang kembali ke dalam diri kita, sebagai masyarakat yang tinggal dan hidup dalam dunia modern harus berusaha untuk membantu mencegah kerusakan alam. Langsung atau tidak, sedikit banyak kita mempunyai andil yang besar atas kerusakan alam ini. Mulailah dari sekarang, mulailah dari hal kecil dan mulailah dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. Dasari perilaku kita dengan berbudiluhur dalam hidup. Hindari perilaku-perilaku yang berakibat kerusakan hutan dan lingkungan. Hemat energi, menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku hidup sehat, akan sangat membantu meringankan dan mencegah bertambah parahnya kerusakan alam. Jangan biarkan tangan-tangan tak bertanggungjawab merambah hutan dan menghancurkan kelestariannya. Cegah dan awasi. Dukung usaha untuk pelestarian alam.
Semoga kesadaran dan disiplin yang didasari dengan moral dan tingkahlaku yang berbudiluhur akan membawa kita pada kesejahteraan hidup serta kelestarian alam dan lingkungan.





Epilog
 
Semoga kearifan lokal mampu kita aplikasikan dengan kesadaran dan disiplin yang didasari moral dan tingkahlaku yang berbudiluhur sehingga mampu membawa kita pada kesejahteraan hidup serta kelestarian alam dan lingkungan.


~ooo~



Jakarta, 17 Januari, 2009
rayalangitrabbani